Pages

Sabtu, 12 Januari 2013

bula-bula atau cellulitis

Cellulitis, infeksi kulit yang perlu diwaspadai….

11 08 2012 Dear kawan, …apa kabar?
Selamat menunaikan ibadah puasa bulan Ramadhan, yaa… Semoga ibadah kita diterima oleh Allah SWT, dan diampuniNya segala dosa kita. Amien…
Lama sekali tidak jumpa di blog ini ya, Kawan….. aku sudah tidak punya alasan baru kecuali sibuk dan malas  untuk menulis. Tapi bener kok….hampir tak punya “me time” lagi untuk menulis, dan sekarang aku memang lebih banyak meluangkan waktu untuk “baby time”.. Maklum, si Hanna, bungsu kecilku masih 10 bulan… Setelah seharian ditinggal bekerja, sore sampai ia tidur adalah waktuku untuknya, tentu untuk kakak-kakaknya juga. Kalau terpaksa ada tugas yang harus kukerjakan, aku harus ambil waktu malam saat semua sudah lelap, baru bisa buka laptop atau kerja lainnya. Kalau tidak ada kerjaan mendesak, mendingan aku ikut bobok aja…. mengistirahatkan jiwa raga..hehe…. Ada sedikit cerita kecil tentangnya yang ingin kubagi di sini…. Sekedar mendokumentasikan kejadian, dan mungkin ada yg mengalami hal yang sama….
 Berawal dari bentol digigit serangga (nyamuk?)
Beberapa waktu lalu bagian atas depan pergelangan kaki kanan Hanna ada bentol seperti bekas gigitan serangga, tapi entah pastinya karena  apa. Kupikir akan segera lenyap, tapi ternyata bertahan agak lama. Karena sering digaruknya, bentol itu jadi lecet, dan daerah sekitarnya memerah. Aku masih tenang-tenang saja, karena aku kira akan segera hilang. Aku beri salep obat gatal. Tapi ternyata luka bekas garuk itu ngga kering-kering, bahkan kadang seperti berair. Aku masih tenang-tenang saja, mungkin hampir satu mingguan, sampai akhirnya pada hari Minggu, tgl 5 Agustus kemarin, sekeliling luka dan dan selingkaran pergelangan kaki Hanna membengkak dan merah. Badannya panas dan jadi rewel, tidak mau makan. Saat itu aku mulai sedikit cemas. Udah gitu, kok ya hari Minggu, tidak ada dokter kulit yang buka praktek. Aku masih berharap bengkak segera berkurang ketika aku oleskan salep mometason. Tapi ternyata tidak, dan demamnya masih tinggi. Akhirnya dengan pertolongan seorang kawan yang memberitahukan padaku nomer telpon salah satu dokter kulit kenalannya (Trims, dik Ika), malam itu aku bawa Hanna ke dokter kulit, yang kebetulan mau menerima kami di rumahnya (terimakasih, dokter Niken). Setelah memeriksa kondisi Hanna, dokter Niken menduga bahwa itu disebabkan oleh penyebab eksogen, bukan berasal dari dalam tubuh seperti alergi. Mungkin saja gigitan serangga. Dokter meresepkan puyer metilprednisolon dan CTM, serta salep berisi asam fusidat sebagai salep antibiotik, walaupun waktu itu belum bisa dipastikan apakah ada bakteri atau tidak.
 Menjalar melalui aliran darah?
Hari Senin aku sedikit lega, karena nampaknya Hanna tidak rewel lagi. Demamnya turun, setelah aku beri obat turun panas. Yah…paling sedih itu kalau bayi sakit.. Belum bisa bicara dan mengeluhkan perasaannya. Jadi kita tidak tau apakah dia merasa gatal atau sakit dengan bengkaknya itu. Karena itu aku memberinya sirup ibuprofen, untuk turun panas dan anti radangnya, sekaligus mengurangi rasa sakit. Bengkaknya masih terlihat, tapi kata dokter memang butuh waktu untuk menghilangkan bengkaknya. Yang penting Hanna sudah tidak demam dan terlihat lincah lagi, aku cukup lega. Ini penting karena hari Selasanya aku harus ke Bandung untuk presentasi proposal penelitian yang aku ajukan ke DIKTI dan lolos desk-evaluation. Sebagai ketua peneliti tentu aku harus datang dan memang tidak boleh diwakilkan.
Hari Selasa pagi, dengan sedikit berat hati aku pergi meninggalkan Hanna ke kantor dan siangnya akan langsung terbang ke Bandung. Tangan mungilnya menjulur minta ikut ketika aku mau berangkat, tapi kutahan saja perasaanku (Maafkan ibu, Sayang…ibu harus pergi dulu..). Aku cukup lega karena Hanna terlihat baik pagi itu. Memang masih merah dan bengkak, tapi tidak demam lagi.
Pesawat kecil berbaling-baling yang membawaku dari Jogja ke Bandung cukup mulus melayang, dan cuaca pun cerah. Everything looks run so smoothly sampai tiba-tiba…… saat aku berada di taksi yang membawaku dari bandara Hussein Sastranegara ke Hotel Harris tempat pertemuan diadakan….sebuah panggilan telepon masuk ke HP-ku. “Ibu, dokter yang kemarin itu bisa didatangi lagi tidak? Di mana? Ini Hanna badannya panas lagi, dan bengkaknya sekarang malah naik, meluas sampai ke betis. Anaknya rewel dari tadi. Bengkaknya juga terasa panas dan kalo dipegang keras,” mbak yang momong Hanna menelponku dengan nada cemas. Sontak aku pun jadi panik. Aku telepon suami di kantor supaya bisa menengok Hanna dan bisa membawanya ke dokter atau RS. Aku pun tidak kalah sibuk mencoba menelpon dokter Niken.
Selama mengikuti acara presentasi di Hotel, perasaanku tidak tenang. Sebentar-sebentar keluar menelpon suami menanyakan keadaan Hanna. Sore itu Hanna dibawa ke RS Panti Rapih karena kupikir pelayanannya cukup lengkap. Tapi ternyata disana Hanna hanya diperiksa dokter umum, dan dokter memberikan resep sirup antibiotik sefadroksil dan salep antibiotik gentamycin. Saat kutelpon, Dokter Niken menyarankan untuk membawa Hanna ke RS Sardjito tempat beliau praktek esok paginya, untuk mendapatkan pemeriksaan yang lebih detail dan lengkap. Malamnya aku sulit tidur, membayangkan Hanna sedang sakit dan aku tidak ada di sampingnya….. sedih sekali…!!
Keesokan paginya, Hanna dibawa oleh bapaknya ke RS Sardjito bagian poli kulit. Kondisinya masih sama, demam cukup tinggi, dan bengkaknya katanya terlihat makin menjalar ke atas. Salah seorang dokter yang memeriksa menduga bahwa penyebab bengkak itu masuk ke aliran darah dan menyebarkan gejala itu melalui pembuluh darah. Cairan pada gelembung-gelembung pada bengkak kaki Hanna diambil untuk diperiksa, dan ternyata steril, artinya tidak ada bakteri atau virus. Yang menarik, bengkak pertama pada pergelangan kaki sudah mulai mengempis, sementara bagian atas justru lagi besar-besarnya. Hanna sempat diambil darahnya untuk diperiksa pula. Gejalanya lumayan membuat bingung para dokter yang memeriksa, karena katanya kasus ini agak jarang dijumpai. Dokter Niken menyarankan pemberian antibiotik (sefadroksil) diteruskan plus salep antibiotik berisi asam fusidat.
Lesson learnt : cellulitis, SSSS, ETs…..
Alhamdulillah, saat tulisan ini dibuat, Hanna sudah membaik. Tinggal gatal-gatalnya di bekas bengkaknya yang bikin ia rewel dan jengkel. Yang menarik, banyak pelajaran yang bisa kuperoleh untuk menjaga Hanna di kemudian hari. Ketika kontrol Hanna terakhir kemarin, kebetulan kami bertemu dengan “suhunya” dokter spesialis kulit, Prof. Hardyanto, beliau menanyakan apakah ada riwayat alergi. Aku bilang, iya, kami punya riwayat alergi keluarga. Artinya, kulit Hanna memang cukup  sensitif terhadap gigitan serangga, termasuk nyamuk. Mungkin itu awalnya yang membuat dia jadi terlalu keras menggaruk dan membuat luka. Berarti harus lebih hati-hati agar jangan sampai ada luka semacam itu lagi.
Yang kedua, dalam percakapan para dokter kemarin ketika membahas kasus Hanna, aku menyerap beberapa istilah-istilah baru buatku di bidang penyakit kulit. Ada impetigo, cellulitis, S4, dll. Dokter Niken sempat menyebut bahwa diagnose untuk Hanna adalah cellulitis. Apa itu cellulitis?
Cellulitis
Cellulitis adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan di daerah jaringan bawah kulit (subkutan). Jika penyakit ini tidak ditangani maka bakteri akan menyebar ke daerah tubuh lainnya, namun yang paling sering bakteri ini menyerang daerah wajah dan tungkai bagian bawah. Cellulitis ini disebabkan oleh bakteri Staphylococus aureus atau Streptococcus. Dalam keadaan normal, pada kulit kita terdapat berbagai macam jenis bakteri. Akan tetapi kulit yang utuh serta terjaga kebersihannya merupakan penghalang efektif, yang dapat mencegah proses atau masuk dan berkembangnya bakteri di dalam tubuh kita. Nah, jika kulit mengalami luka, maka bakteri dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh, yang dapat menyebabkan infeksi dan peradangan. Hal ini terutama dapat terjadi jika sistem imun tubuh sedang turun… atau pada bayi/anak-anak yang sistem pertahanan tubuhnya belum sempurna.
 Apa tanda dan gejalanya ?
Menurut teori, gejala awalnya berupa ngga enak badan, menggigil, dan demam yang mendadak sebelum terjadinya lesi, dan kemerahan di daerah yang terinfeksi. Pada Hanna, karena masih bayi umur 10 bulan, ia belum bisa menyampaikan apa yg dirasakan, hanya terlihat rewel dan demam. Jika telah terjadi infeksi dapat ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula) yang terasa panas serta bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d’orange), lesi terasa nyeri jika terkena rabaan. Pada saat itu Hanna memang selalu menangis jika bagian kakinya tersentuh. Dan pada bagian bengkaknya terdapat bula yang berisi cairan.
Bagaimana diagnosanya?
Pada pemeriksan fisik akan ditemukan daerah pembengkakan yang terlokalisir (edema), kadang ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening. Pada hasil pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih dan adanya infeksi bakteri. Bila perlu, bisa dilakukan pembiakan darah. Memang sampai saat tulisan ini dibuat, hasil kultur darah Hanna belum keluar. Hanya saja gejalanya memang mengarah ke cellulitis.
Khusus untuk kasus Hanna, bakteri S. aureus yang diduga menginfeksi nampaknya menghasilkan toksin. Aku baca-baca lagi, toksin yang terkait dengan S. aureus yang sering menjadi masalah pada kulit adalah exfoliative toxins (ETs). Toksin ini ternyata cukup seram, karena merupakan penyebab terjadinya gangguan kulit yang disebut staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS). Waktu dokter Niken menjelaskan bahwa jika infeksi berlanjut bisa terjadi S4, aku cuma manggut-manggut, karena belum paham. Dokter Niken hanya bilang bahwa jika terjadi S4, akan terjadi lesi lepuh yang meluas ke bagian tubuh lain yang jauh dari tempat infeksi, dan itu cukup berbahaya. Setelah aku googling, barulah aku tau bahwa S4 yang disebut-sebut dokter Niken adalah SSSS tadi..
SSSS sedikit berbeda dengan impetigo bulosa  (ini juga sempat disebut-sebut oleh dokter sebagai dugaan awal), di mana pada impetigo bulosa terjadinya reaksi toksin terbatas pada daerah yang terinfeksi saja, dan bisa ditemukan bakteri di dalam lesi/bula. Sedangkan pada SSSS, reaksi toksin bisa terjadi pada daerah yang jauh dari tempat infeksi, dan bakteri bisa djumpai pada aliran darah. Impetigo juga merupakan infeksi kulit, tetapi pada kulit yang lebih dangkal, dan umumnya lebih kurang berbahaya daripada cellulitis.
Singkat cerita… kemungkinan besar Hanna memang terkena gigitan serangga atau apa gitu, dan terluka oleh garukan. Dari luka itulah sang penyusup datang, alias bakteri yang diduga adalah Staphylococcus aureus. Yang istimewa, sang bakteri dapat menghasilkan toksin yang cukup berbahaya. Sehingga, walaupun bakterinya sudah mati, ternyata toksinnya masih ada dan berjalan terus mengikuti aliran darah dan menjalarkan reaksi bengkak dan merah.
Hanna Alhamdulillah, Hanna bisa segera mendapat penanganan yang cepat dan tepat, sehingga reaksi merah dan bengkaknya tidak sampai menyebar terlalu luas. Saat ini kondisi Hanna sudah membaik, tinggal pemulihan saja, dan tidak sampai meluas seperti yang dikuatirkan. Walaupun sudah sempat terlihat bercak merah di atas lutut, namun untungnya segera hilang. Tinggal gatal-gatalnya saja dan kulit yang mengelupas pada bagian yang bengkak kemarin. Tapi harus tetap dijaga agar tidak digaruk dan menimbulkan luka.
Sungguh suatu pengalaman dan pembelajaran yang penting untuk perawatan anak-anak selanjutnya. Tentu ada harga yang harus dibayar, yakni biaya pemeriksaan, obat, serta rasa cemas,…  tapi tentu ada manfaat yang dapat dipetik, dan aku coba bagikan ke kawan-kawan untuk berhati-hati terhadap luka di kulit, apalagi pada anak-anak/bayi yang sistem imunnya masih lemah. Jika ada luka di kulit, baik karena luka garuk, lecet, atau terkena cedera lainnya,  beri antiseptik dan lindungi dengan plester supaya tidak menjadi tempat masuknya bakteri penyusup.
Demikian kawan, sekedar sharing… Semoga bermanfaat..
Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan dan semoga Allah senantiasa mengaruniai kita semua dengan kesehatan…. Amien..
bacaan:
http://emedicine.medscape.com/article/788199-overview  http://kidshealth.org/parent/infections/skin/cellulitis.html

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

[Try us with Wibiya!] 1 2 3 4 5
[Try us with Wibiya!] 1 2 3 4 5

Blogroll

About